Kekayaan Rasa dan Warisan Budaya Ranah Minang Hadir di Solo Semakin Manis dengan Es Teler Gacor
Silungkang Berpadu Sate, Harmoni Minang-Jawa di Jantung Kota Solo

Pesta budaya Minang-Jawa dan kuliner IKM Solo Raya
SIGAPNEWS.CO.ID | Surakarta, 29 Juni 2025 — Semarak budaya dan aroma kuliner khas Minangkabau menyeruak di kompleks Balaikota Surakarta saat gelaran Pesta Budaya dan Kuliner Minang–Jawa yang diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM) se-Solo Raya.
Acara ini menghadirkan beragam kekayaan budaya Ranah Minang, mulai dari tenunan tradisional Silungkang hingga citarasa khas Sate Padang Pariaman, Teh Talua Pinang Mudo serta minuman kekinian Es Teler Gacor Uni Nila turut serta memeriahkan stand kuliner yang telah disediakan panitia.
Salah satu sorotan utama datang dari stand Silungkang Corner, yang memamerkan beragam kain tenun dan songket khas asal Kota Sawahlunto. Motif-motif klasik dengan sentuhan kontemporer menarik perhatian para pengunjung, termasuk Ketua Umum DPP IKM, Andre Rosiade, yang didampingi oleh Kepala Dinas Personel (Kadispers) Pangkalan TNI AU (Lanud) Adi Soemarmo, Kolonel Adm Yogie Azhar Koto, SE, M.Tr.SOU, M.Han, dan Sekretaris DPD IKM Surakarta, Bang Ichal dan Rizal PM Pengurus DPD Kab. Klaten yang menyempatkan diri berkeliling melihat langsung hasil karya pengrajin Minang tersebut.
“Tenun Silungkang bukan sekadar kain, tapi warisan budaya yang mengandung filosofi tinggi dan kerja tangan yang luar biasa. Ini harus kita angkat terus di setiap panggung budaya,” ujar Andre Rosiade saat berbincang dengan penjaga stan Silungkang Corner.
Di sisi lain halaman Pendapi Gedhe, aroma menggoda dari Sate Padang Rajo Mudo Pariaman Da Jon mengundang antrian panjang. Dengan kuah kental khas Pariaman yang pedas gurih, serta potongan daging yang lembut, sate ini menjadi primadona kuliner di antara pengunjung dari berbagai latar belakang budaya. Kehadiran Sate Rajo Mudo ini menegaskan bahwa citarasa Minang mampu menyatukan lidah dan hati, bahkan di tengah keragaman budaya seperti di Jawa Tengah.
“Raso sate ko indak bisa dilawan. Lamak bana!” ujar Uda Riko dan Uda Sam salah seorang pengunjung dari IKM Klaten sambil tersenyum puas setelah mencicipi hidangan legendaris tersebut.
Acara ini bukan sekadar ajang pameran, tetapi juga menjadi jembatan budaya antara dua entitas besar: Minang dan Jawa. Perpaduan antara kuliner, seni, dan warisan tradisional mempererat hubungan antardaerah dan memperkuat nilai badunsanak di perantauan.
Dengan antusiasme pengunjung yang tinggi, baik pada stan tenunan maupun kuliner, acara ini menjadi bukti bahwa budaya Minangkabau tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan diterima di berbagai penjuru nusantara. (Rizal Malin Kayo)
Editor :JatengNews
Source : Jateng News