Asal Mula Nama Daerah Pedan Klaten, Bermula dari "Kiai Pepe yang Dianggap Edan"

Pelancong dari Bali berpose didepan Tugu Lurik/Tugu selamat datang kota Pedan
JATENGNEWS | KLATEN — Pedan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Klaten. Siapa sangka ternyata nama Pedan berawal dari kisah hidup seoraang Pangeran Pranowo.
Dilansir dari laman visitklaten.com, Rabu (30/11/2022), Kecamatan Pedan memiliki luas sekitar 19,17 kilometer persegi dan mempunyai 14 desa. Belasan desa itu, yakni ada Ngaren, Kaligawe, Beji, Tambakboyo, Keden, Lemahireng, Troketon, Jatimulyo, Bendo, Temuwangi, Jetis Wetan, Sobayan, Kalangan, dan Kedungan.
Nama Pedan bermula dari kisah hidup seorang Pangeran Pranowo. Pangeran tersebut merupakan seorang pelarian kerajaan Majapahit abad XIII.
Saat itu, ajaran agama Islam masuk ke Jawa dan ditentang oleh para pemeluk agama Hindu yang mayoritas dianut para orang-orang di Majapahit.

Pangeran Pranowo bersama keluarga dan para sahabatnya memutuskan berpindah ke daerah pinggiran guna menghindari perseteruan. Di daerah ini mereka menanam sayuran dan palawija guna kebutuhan setiap hari seperti rakyat jelata.
Pangeran Pranowo juga menanam pohon beringin yang digunakan berteduh ketika selesai bekerja. Namun, silih tahun berganti daerah tersebut menjadi ramai karena digunakan sebagai tempat transaksi janganan atau sayuran. Sampai sekarang pohon beringin ini di kenal dengan nama beringin janganan.
Lantaran kawasan pohon beringin janganan yang ramai Pangeran Pranowo merasa takut jika persembunyiannya akan terbongkar. Di tengah kecemasannya, Pangeran Pranowo mengambil langkah menyamar dengan cara bertapa sambil menjemur diri seperti orang gila.
Tiap hari, Pangeran Pranowo berjemur diri di tengah keramaian atau pepe dalam Bahasa Jawa sehingga Pangeran Pranowo dikenal sebagai orang gila atau edan dalam Bahasa Jawa. Kebiasaan berjemur diri yang dilakukan Pangeran Pranowo lantas membuat banyak orang menyebutnya sebagai Kiai Pepe atau Mbah Pepe.

Saat dirasa penyamarannya yang berhasil, satu hari Pangeran Pranowo mengatakan jika daerah ini ramai maka daerah ini di beri nama Pedan. Pedan sendiri berasal dari kata pepe yang memiliki arti berjemur dan edan yang memiliki arti gila. Jadi pepe dan edan merupakan strategi Pangeran Pranowo guna menyelamatkan identitasnya saat itu.
Saat ini, Kota Pedan sendiri menjadi salah satu tujuan perantauan dari luar Jawa Tengah, seperti perantau dari Medan, Tanah Sunda, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Padang, Kalimantan, Sulawesi dan berbagai daerah lainnya. Serta dikota Pedan sangat terasa sekali harmoni keindahan baik antar suku maupun kerukunan dan kekompakan pemeluk keyakinan dari berbagai agama, seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain.

Dari segi organisasi kemasyarakatan, Pedan juga sudah cukup terkenal dengan sebuah paguyuban yang lazim disebut Forum Komunikasi Ormas Pedan (Forkop). Forkop sendiri beranggotakan dari lintas ormas yakni Senkom Mitra Polri, LDII, Persinas ASAD, Banser, Komunitas GKJ, Como 20, Tapak Suci, Lindu Aji, Hamka Darwis, RAPI, ICK, DMC, MTA, Banser, Yayasan Mbah Semar, Kokam, Bara Muda Banaspati, Pagar Nusa, Tapak Suci, PSHT dan lain-lain.
Saat ini Kecamatan Pedan dipimpin oleh Marjana, S.IP, M.H, Camat Pedan, bersama Uspika lainnya, yaitu AKP Aleg Ipanudin. S.H, Kapolsek Pedan, Kapten Inf. Purwanto, Danramil Pedan.
Pedan juga terkenal dengan kulinernya yang unik, yaitu "Kepel Sambel", kepel sendiri adalah camilan sejenis gorengan yang terbuat dari bahan dasar tepung terigu yang kemudian diolah sedemikian rupa. Dan saat mau digoreng, adonan tadi dicetak/dibentuk dengan cara digenggam dengan tangan (jawa: dikepel), baru dimasukin satu persatu kedalam penggorengan dan penyajiannya diberi sambal (jawa:sambel), maka jadilah dia dengan sebutan "Kepel Sambel."(Rizal PM)
Editor :JatengNews
Source : solopos.com dan berbagai sumber lainnya