Merajut Ukhuwah dalam Keberagaman, Toleransi dan Kenyamanan Bersama

Gambar ilustrasi wujud dari ukhwah islamiyah dibalik perbedaan.
Karya Tulis: Rizal Putra Milda
Tema: Menjaga Persatuan dan Kesatuan Demi Mendukung Pemerintah Mewujudkan Indonesia Emas 2045
SIGAPNEWS.CO.ID - Islam adalah rumah besar yang menaungi umat Nabi Muhammad SAW, rumah yang indah karena dipenuhi dengan keberagaman. Perbedaan madzhab, organisasi, atau komunitas Islam sejatinya adalah bagian dari kekayaan yang membawa harmoni dan keindahan bagi mereka yang senantiasa berhusnuzan kepada Allah SWT.
Namun, sayangnya, bagi mereka yang berpikiran sempit, berprasangka buruk, iri, dan dengki, keberagaman ini justru dipandang sebagai sesuatu yang aneh, bahkan sesat, hanya karena dianggap "tidak sejalan" dengan kelompok atau organisasi mereka sendiri.
Di era digital seperti sekarang, keindahan ukhuwah sering kali tercederai oleh maraknya hoaks dan fitnah yang tersebar di media sosial.
Tidak sedikit dari kita yang terprovokasi hanya dari tangkapan layar atau judul berita yang belum tentu benar. Ironisnya, banyak yang langsung menilai atau menghakimi pihak lain tanpa membaca keseluruhan isi berita, apalagi melakukan tabayyun. Padahal, Islam mengajarkan kita untuk memverifikasi informasi sebelum mempercayainya dan terlebih lagi sebelum menyebarkannya. Prinsip "Saring sebelum Sharing" semestinya menjadi pedoman utama kita di tengah derasnya arus informasi yang sering kali menyesatkan.
Di Indonesia, kita sering menyaksikan momen-momen luar biasa yang menunjukkan indahnya toleransi antar umat beragama. Ketika saudara-saudara Kristiani merayakan Natal dan Tahun Baru, umat Islam turut menjaga keamanan gereja, membantu melancarkan lalu lintas, dan memberikan rasa nyaman kepada mereka yang sedang beribadah.
Ini adalah wujud nyata bagaimana Islam menjadi rahmat bagi semesta alam. Namun, sangat disayangkan, semangat toleransi ini sering kali tercoreng oleh konflik internal sesama umat Islam, yang justru dipicu oleh informasi yang salah atau hasutan yang tidak bertanggung jawab.
Kita perlu belajar dari kisah Nabi Muhammad SAW saat menghadapi konflik antar suku Quraisy yang berebut kehormatan memindahkan Hajar Aswad. Dengan kebijaksanaannya, beliau menggelar sorban, meletakkan Hajar Aswad di atasnya, dan meminta setiap perwakilan suku memegang ujung sorban tersebut bersama-sama. Hajar Aswad pun berhasil dipindahkan ke tempatnya dengan damai, dan perselisihan berakhir dalam harmoni. Kisah ini mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu, melainkan jalan untuk saling melengkapi dan membangun ukhuwah.
Wahai saudaraku, mari kita rajut kembali ukhuwah Islamiyah dengan hati yang lapang dan pikiran yang jernih. Saling bergandengan tangan, saling memahami, dan saling melengkapi, sebagaimana Islam mengajarkan kita. Perbedaan bukanlah ancaman, tetapi anugerah. Kita adalah satu kesatuan, berbeda-beda tetapi tetap bersatu dalam naungan rahmatan lil alamin dan semangat kebhinekaan.
Saatnya kita melangkah bersama, menjaga persatuan, menyebarkan kebaikan, dan menebar kedamaian. Ingatlah, kekuatan Islam terletak pada persatuan umatnya, bukan pada perpecahan yang dipicu oleh hal-hal yang tidak esensial. Mari jadikan Islam sebagai rumah yang nyaman bagi semua, penuh cinta, toleransi, dan kasih sayang dalam membantu dan mendukung pemerintah untuk mencapai Indonesia emas 2045.
Editor :JatengNews
Source : JatengNews