Singgih Januratmoko: Landasan Takwa, Memungkinkan Seseorang Menabung Agar Bisa Berkurban

Ketua Umum DPP Golkar, Airlangga Hartanto dan Singgih Januratmoko berbagi kurban 2024
Sigapnews.co.id | Jakarta - DPP Partai Golkat menghelat salat Idul Adha yang dirangkaikan dengan penyembelihan hewan kurban, yang dilaksanakan di kantor DPP Golar, Jakarta, pada Senin (17/6). Bertindaj sebagai khatib, Wakil Ketua Umum Majelis Dakwah Islamiyah (MDI), KH Roudl Bahar Imam dan sebagai imam, Utadz Sukarya Putra.
Pada kesempatan itu DPP Golkar memotong 38 ekor sapi, tujuh di antaranya dipotong di kantor DPP Golkar. Penyerahan daging kurban secara simbolis dilaksanakan Ketua Umum DPP Golkar, Airlangga Hartanto,
“Kurban adalah ibadah yang meniru suri teladan Nabi Ibrahim yang diperintah untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail. Atas dasar takwa dan ikhlas, Nabi Ibrahim mengorbankan anaknya. Dan Allah menggantinya dengan hewan kurban, seperti yang kita laksanakan hari ini,” ujar Airlangga Hartanto.
Menurutnya, partai politik memetik teladan dari ibadah kurban, yakni berkorban untuk tujuan besar menyejahterakan rakyat.
"Partai politik mendasarkan pengorbanannya untuk kesajahteraan rakyat, selaras dengan sila keempat, “Sejumlah kantor DPD Golkar di berbagai daerah di Indonesia juga melaksanakan kurbam, antara 20-30 ekor di setiap DPD,” imbuh Airlangga.
Daging-daging kurban tersebut akan disalurkan kepada masyarakat yang berada di sekitar kantor Golkar, agar mendapatkan manfaat. Senada dengan Airlangga Hartanto, Ketua Panitia Idul Adha DPP Golkar, Singgih Januratmoko mengatakan kurban harus berlandaskan takwa dan keikhlasan, sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim.
“Ibadah kurban memiliki dua dimensi, mereka yang berkurban memiliki ketakwaan secara individu. Tanpa didasari ketakwaan, seseorang sulit melaksanakan ibadah kurban. Dalam Al Quran dan Al Hadits, kurban dilaksanakan oleh yang mampu baik kaya ataupun miskin, semua boleh berkurban dan bahkan menerima daging kurban,” tutur Singgih Januratmoko yang juga Anggota Komisi VI DPR RI.
Lanjutnya, landasan takwa memungkinkan seseorang menabung ataupun patungan untuk melaksanakan kurban.
“Mereka yang berkurban selalu mengingat dalil dari ayat Al Quran bahwa kurban itu perintah Allah, dan hadits Rasululullah SAW, bahwa amalan yang paling dicintai oleh Allah pada 10 Zulhijah adalah meneteskan darah kurban, pahalanya mengalahkan orang yang berperang di jalan Allah, dengan jiwa dan harta-bendanya,” ujar Singgih.
Di sisi lain, ibadah kurban merupakan bentuk kesalehan sosial. Di dalamnya terdapat semangat untuk berbagi. Dengan demikian, semua orang merayakan Idul Adha dengan riang gembira, “Mereka yang jarang mengkonsumsi daging, bisa menyimpannya untuk seminggu ke depan sehingga bisa berhemat uang lauk. Ini sangat membantu masyarakat,” imbuhnya.
Kurban juga mampu menggerakkan ekonomi kalangan peternak atau petani yang memelihara hewan ternak, “Mereka memelihara ataupun menggemukkan anakan hewan ternak, kemudian menjualnya sebagai tambahan penghasilan untuk menyekolahkan anak mereka, atau kebutuhan yang lain,” kata Singgih.
Dengan meningkatnya jumlah hewan kurban yang dibeli masyarakat, tentunya menciptakan perputaran ekonomi dan pemerataan kesejahteraan pada peternak atau petani. Dengan demikian, cita-cita Partai Golkar untuk menyejahterakan masyarakat, salah satunya bisa dilakukan dengan cara beribadah dengan berkurban.
Editor :JatengNews
Source : JatengNews